Persipura : Antara Striker Asing dan Produk Lokal Papua
Jayapura, (28/10)-–Mungkin hanya Boaz T Solossa
yang mampu menyamai permainan ciamik dan kepiawaian almarhum Timo
Kapisa, mantan striker Persipura era 1970 an. Badannya tidak terlalu
besar, bertubuh mungil, pendek dan kekar. Kemampuan Kapisa menendang
bola , kaki kiri sama baiknya dengan kaki kanan. Tubuhnya mungil
mirip-mirip Lukas Mandowen dan Josua Pahabol striker andalan Persipura
musim 2012-2013.
“ Timo Kapisa termasuk salah satu striker terbaik yang pernah
dimiliki Persipura dan hanya Boaz yang mampu menyamainya,”kata mantan
bek Persipura rekan seangkatan Timo Kapisa, Hengki Rumere kepada
tabloidjubi.com di Jayapura, Minggu(28/10). Dia menambahkan kemenangan
Persipura melawan Persija pada 19 April 1976, dengan skor tipis 3-2.
Adapun gol-gol kemenangan Persipura dilesakan Timo Kapisa, Jacobus
Mobilala dan Nico Patipeme.
Timo Kapisa juga menyumbangkan gol saat Persipura plus Irian Jaya
Selection bermain melawan Klub Hitachi dari Jepang di Jakarta, pada 23
Maret 1973, gol tunggal Timo Kapisa yang melakukan tembakan melambung
jarak jauh berhasil menusuk gawang, Tatsuhiku Seta. Persipura Selection
kalah 2-1 tetapi permainan anak-anak Mutiara Hitam mulai membuka mata
petinggi PSSI di Jakarta. Ternyata striker Persipura memiliki karakter
gol yang sangat mematikan.
Bahkan menurut Rully Nere, saat bermain di klub Warna Agung, Timo
Kapisa memborong tujuh gol melawan klub Tunas Inti. Timo Kapisa juga
sukses sebagai pelatih Kepala di Klub Pupuk Kaltim. Salah seorang mantan
striker PKT Bontang Johanes Songgonao mengaku kalau Timo memberikan
materi pelatihan sama seperti pelatih-pelatih asal Belanda.
Selama memperkuat Timnas Timo juga pernah dilatih oleh pelatih asal
Belanda Wiel Coerver peletak dasar sepakbola usia dini di Indonesia.
Kemampuan Timo Kapisa yang mahir berbahasa Belanda sehingga Coerver
selalu berkomunikasi dengannya dan memerintahkan Timo menjadi model
dalam latihan. “ Timo Kapisa pernah bermain bersama dengan
pemain-pemain terbaik Indonesia seperti Iswadi Idris, Ronny
Patinasarani dan juga Risdiyanto,”kenang Rully Nere mantan Pelatih PON
Papua.
Timo Kapisa sendiri mulai terkenal saat PON VII 1969, di Surabaya,
waktu itu Acub Zainal menjadi Ketua Panitia PON VII di Surabaya. Timo
Kapisa berhasil menunjukan prestasi yang mengagumkan dan kembali ke
Papua langsung direkrut masuk skuad Mutiara Hitam.
Selain Timo Kapisa ada beberapa striker andalan Persipura seperti,
Gento Rumbino, Levianus Doom yang sangat terkenal dengan tendangan
saltonya dan Hengki Mauri. Pasca Timo Kapisa ada juga Nico Patipeme dan
Jakobus Mobilala.
Sebelum Timo ada juga seorang striker Persipura Dominggus Waweyai,
pemain asal Raja Ampat ini menjadi tandem dengan penyerang Indonesia
Sutjipto Suntoto alias Gareng di Timnas PSSI era 1964-1966.
Setelah era Kapisa dan kawan-kawan muncul pula pemain-pemain muda
andalan Persipura, Rully Nere, Mettu Dwaramury, Japi Rumbrar dan
Stepanus Korwa serta Johanes Benno. Saat striker Daniel Mauri dan
kawan-kawan membela Persipura terpaksa Mutiara Hitam turun kasta ke
Divisi Satu dan berjuang bersama Persidafon.
Ferdinando Fairyo, Crist Leo Jarangga dan kawan-kawan merebut medali
di PON 1985 Jakarta dan hampir sebagian besar mantan pemain PON
memperkuat Persipura. Mereka berhasil membawa Persipura ke Divisi Utama.
Saat itu publik mulai mengenal nama-nama Cristian Leo Jarangga, Aples
Tecuari, Ritham Madubun, David Saidui, Carolino Ivakdalam dan Eduard
Ivakdalam.
Hanya di era pelatih Rudy Wiliiam Keltjes, tampaknya Persipura
mulai krisis striker lokal Papua, sehingga harus memakai striker asing
Bako Sadisso dan dibantu gelandang serang Ebanda Timoty. Memang masih
ada Cristian Leo Jarangga, Andi Kopouw dan Jimmy Suparno. Bahkan di
era coach RD pun masih memakai striker asing Cristian Lenglolo dan
gelandang Ercik Mabengga serta Victor Sergio.
Eduard Ivakdalam dan Boaz berhasil membawa Persipura juara Liga Utama
Indonesia, pada 2005-2006 saat dibesut Rahmad Darmawan (RD). Coach RD
lebih memanfaatkan kualitas individu pemain-pemain lokal Papua dan
memperkuat lini belakang dan tengah dengan pemain asing. Sedangkan
pemain depan semua produk binaan lokal Papua. Ian Luis Kabes, Boaz
Solossa dan Korinus Fingkreuw menjadi ujung tombak yang diandalkan coach
RD ketika Persipura mengalahkan Persija dengan skor 3-2. Ketiga gol
Persipura dicetak Boaz T Solossa (17), Korinus Fingkreuw (83) dan Ian
Luis Kabes (101).
Mantan Ketua Umum Persipura Jayapura MR Kambu hanya bilang
kemenangan Persipura mampu mengumpulkan massa terbanyak dan berpesta
menyambut kedatangan Eduard Ivakdalam dan kawan-kawan saat kembali dari
Jakarta. “Ini pesta rakyat terbesar di Kota Jayapura,”kenang MR Kambu
yang telah tiga kali membawa Persipura juara liga di Indonesia.”
Trisula Persipura yang paling terproduktif musim 2008-2009 saat
gabungan striker asing dan Papua Boaz, Beto dan Ernest Jeremiah.
Persipura termasuk tim tersubur sepanjang kompetisi. Bayangkan nilai 81
merupakan tertinggi sejak Liga Indonesia digulirkan 1994. Sama halnya
dengan gol rata-rata Persipura 81-25. Sosok Persipura sangat fenomental
lantaran dari 81 gol, 67 gol di antaranya diciptakan trisula Boaz (28
gol), Beto(23 gol) dan Jeremiah(16 gol).
Musim 2008-2009 Boaz dan Cristian Gonzales sama-sama jadi top skor.
Boaz raih gelar ganda pemain terbaik dan top skore. Kemudian musim
2010-2011, Boaz mampu meraih dua gelar sekaligus pemain terbaik dan top
skore dengan torehan sebanyak 22 gol. ISL-musim 2011-2012 kembali
striker Persipura Beto meraih top skore dengan torehan 25 gol. Musim ini
menjadi gambaran dominasi striker asing di ISL 2011-2012, Gumbs pemain
terbaik dan Beto top skore.
Kini beban striker Persipura musim 2012-2012 berada di pundak Patrick
Wanggai, Josua Pahabol, Tinus Pae, Lukas Willem Mandowen dan El
Capitano Boaz T Solossa. Memang pelatih Jacksen F Tiago selalu
mengatakan pemain Persipura tidak selalu mengandalkan striker atau
terlalu memaksakan diri untuk membikin gol. Dia hanya mengingatkan
semua pemain bisa membikin gol dan harus bermain secara kolektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar